06 November 2009

Perjalanan Musik Indonesia

Musik sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Seakan musik menjadi pengiring ketika manusia merasakan sesuatu, baik kesedihan, kebahagiaan, kerinduan, dan lain sebagainya. Suatu karya seni dengan segenap unsur pokok dan pendukungnya ini mulai berkembang dalam berbagai genre dari waktu ke waktu. Perkembangan musik di Indonesia terbagi dalam beberapa periode, diantaranya adalah periode sebelum tahun 70-an, era tahun 70-an, era 80-an, era 90-an, dan era 2000. Pada tahun sebelum era 70-an, musik Indonesia lebih banyak mengambil tema perjuangan, keberanian, semangat dan kebangsaan. Tema-tema heroik macam ini tentu saja berkaitan dengan kondisi Indonesia saat itu yang sedang melakukan perjuangan melawan Belanda dan Jepang. Pada tahun 70-an yang paling berjaya adalah koesplus, banyak lagu mereka yang masih digemari hingga sekarang, salah satunya lagu berjudul “why do tou love me”. Musik tanah air mengalami perubahan lagi di era 80-an, pop pada tahun ini lebih cenderung mendayu-dayu, bertempo lambat dan berkesan cengeng. Namun lagu-lagu itu tetap menjadi bunga di tahun tersebut, Rinto Harahap, Pance pondaaq, A ryanto, dan Obbie Mesakh adalah nama-nama pencipta lagu yang cukup produktif di era ini, sedangkan penyanyi yang bisa dikategorikan spesialis lagu sedih seperti Nia Daniati, Betharia Sonata, Iis Sugianto sudah mulai tergusur seiring berjalannya waktu. Untuk tahun sesudahnya, pop tidak lagi menjadi anak kesayangan karena pada tahun ini dangdut mengambil bagian, yang kemudian disusul lagu melayu ‘isabella’, tetapi lagu tersebut tidak bertahan lama apalagi setelah kematian Nike Ardila. Pop kembali didobrak oleh band asal jogja yang membawa suasana baru, hingga era ini ditutup oleh lagu dari Sheila on 7 yang penjualannya mencapai 2 juta copy. Pada era ini selera masyarakat lebih ke group-group musik di bandingkan dengan penyanyi yang bersolo karir. Beberapa penyanyi solo yang sempat berjaya perlahan redup di masa ini. Nama-nama yang masih bertahan hanya beberapa gelintir, seperti Krisdayanti, Chrisye, Titi Dj, dan Glen. Selebihnya musik di dominasi oleh group-group musik yang makin ramai oleh para pendatang baru. Nama-nama seperti; Peterpan, Ungu, Ten 2 Five, Maliq d esential, Samson, Nidji, dan Radja seakan mendominasi ruang musik Indonesia. beberapa solois memang ada yang baru dan berhasil tapi tetep gaungnya masih kalah.

Musik Indonesia banyak mengalami kemajuan, namun yang perlu disayangkan tak sedikit band Indonesia saat ini yang menjadi plagiat dan terkesan asal-asalan dalam menyajikan sebuah lagu, entah hanya karena tuntutan industri musik yang sangat mementingkan komersialitas dan mementingkan konformitas, atau mereka kehabisan inspirasi dalam memproduksi ide-ide yang kreatif.
Dalam perjalanannya juga banyak terdapat band-band yang mengalami kontroversi, sebut saja kangen band salah satunya. Kelompok musik ini mendapat banyak cacian diawal karir mereka malah dapat dikatakan mereka masih mengalaminya hingga saat ini. Sebagian masyarakat menganggap musik mereka tidak layak dan menjatuhkan genre musik pop, pemainnya juga tidak layak menjadi artis, karena wajah mereka yang pas-pasan. Contoh lain, adalah band baru hasil tangan dingin Ahmad Dhani, the virgin. Band ini juga tak kalah mendapat kecaman dari sebagian masyarakat karena dianggap sebagai band yang memiliki personil lesbian. Namun itu semua tidak menyurutkan band-band tersebut untuk tetap berkarya, dan ternyata kenyataan berkata lain. Album yang dihasilkan kangen band terjual manis, dan band ini juga menjadi band yang komersil karena kontroversi mereka. Hal yang sama terjadi pada the virgin, lagu merreka naik daun dikalangan remaja, dan tak sedikit masyarakat yang memakai lagu mereka sebagai nada sambung pribadi (NSP).
Fenomena diatas membuktikan bahwa masyarakat tidak memilih-milih lagu untuk dinikmati, seperti genre lagu melayu yang sedang hits saat ini ditengah kericuhan yang terjadi antara Indonesia dengan negara asal genre musik tersebut. Dan ternyata band yang sukses bukan dilihat dari bagus tidaknya lagu mereka, tetapi ditentukan sejauh mana karya mereka dapat diterima masyarakat. Sesungguhnya bagus atau tidak sebuah lagu merupakan prespektif pribadi, dimana akan menjadi ‘sesuatu’ ketika mayoritas pendengar mengatakan layak didengar.
Menyikapi arus perkembangan musik Indonesia yang sangat kompetitif tersebut memaksa musisi untuk berlomba menyajikan karya terbaik mereka yang tentunya sesuai jalur mereka, baik mayor label ataupun indie label karena masing-masing sudah memiliki segmen yang telah terdiferensiasi.
(*dewi kurniawati-153080192)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar