08 November 2009

Pengorbanan berbuah kebahagiaan

Seorang Imamris ini tidak pernah menyangka atau bermimpi jika ia mampu mencapai tahap seperti sekarang ini, yaitu memiliki usaha recording yang maju dan cukup dikenal di kota Yogyakarta. Padahal sebelumnya ia tidak pernah berencana untuk melakukan hal tersebut, segalanya mengalir begitu saja dan semua itu berawal dari kemampuan bermusik yang diberikan Tuhan padanya, serta semangat untuk terus belajar.
Sejak kecil Imamris sudah belajar alat musik gitar, yang kemudian dikembangkannya dengan mengikuti festival-festival. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui kemampuan yang dimilikinya dan hasilnya membanggakan karena ia berhasil meraih beberapa kali predikat ‘the best guitarist’. Setelah menyelesaikan sekolahnya di tingkat menengah pertama, sebenarnya ia ingin melanjutkan kesukaannya dalam bermain musik, namun orang tuanya memberikan penawaran dengan bersedia membelikan segala fasilitas musik yang ia butuhkan, seperti gitar, sound gitar dan effect gitar tetapi dengan dua syarat, yaitu ia mau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan syarat kedua harus diluar kota, dengan pertimbangan agar ia terlepas dari lingkungannya yang kurang baik. Karena dirasa semua syarat yang diajukan oleh orangtuanya masuk akal, maka berangkatlah Imaris ke kota Yogyakarta dimana ia ingin belajar, bermusik serta mengembangkan sayap.
Bermodalkan pendidikan yang dimilikinya, ia mulai mengajar di beberapa sekolah musik dan menerima privat di kos yang ia tinggali. Ia juga harus tetap menempuh studinya, karena kedua hal tersebut berjalan beriringan. Ia mampu membuktikan bahwa ia bisa membagi waktu dengan baik, dan hal itu ditandai dengan lulusannya ia dari perguruan tinggi dimana ia bersekolah. Berjalannya waktu, selain mengajar ia juga masih tetap mengikuti beberapa festival. Ia juga membuat lagu karya sendiri, setelah beberapa saat anak didiknya mulai menginginkan karyanya di take (direkam) sehingga ia memutuskan membeli alat perekam manual, karena ia sendiri pun membutuhkannya untuk membuat jinggle radio serta merekam karyanya. Hal tersebut berkembang dari waktu ke waktu, hingga saat ini. Namun demikian perjalanan tidak semulus yang dinginkan. Ada beberapa pengorbanan yang harus ia lakukan, dan yang paling tidak terlupakan adalah ia harus tidur di depan masjid dan di depan bank, secara bergantian,bukan karena tidak ada saudara atau teman tetapi jauhnya jarak sekolah dimana ia harus menimba ilmu dengan rumah mereka. Semua pengorbanan tersebut tidaklah sia-sia jika melihat apa yang telah ia dapatkan sekarang ini, ilmu dan yang paling penting kebahagiaan.
(Dewi Kurniawati-153080192)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar