08 November 2009

SGPC Musik Budaya

SGPC Musik Budaya merupakan salah satu band indie yang berasal dari Yogyakarta. Dua tahun yang lalu atau tepatnya Desember 2006, band ini dibentuk dari suatu komunitas yang menyukai makanan segopecel (SGPC). Makanan ini sangat khas berada di sekitaran kampus di Yogyakarta. Sehingga banyak dari peminatnya adalah para mahasiswa. Band ini mempunyai keunikan yang jarang ditemui dalam band-band sekarang ini, yaitu menggunakan lirik berbahasa Jawa. Lirik bebahasa Jawa diciptakan oleh bapak Gyanto, seorang pelopor band SGPC, dan diarransement oleh personil SGPC sendiri.
Personil dari SGPC terdiri dari sekumpulan anak muda yang sering makan atau sekedar nongkrong di warung SGPC 59. Warung yang berada di daerah kampus UGM tersebut merupakan tempat dimana para personil band bertemu dan tempat terbentuknya band SGPC. Bapak Gyanto yang juga sering datang ke warung SGPC 59 sudah mengenal dekat pemilik warung tersebut, sehingga mereka mempunyai ide untuk membentuk sebuah band anak muda dengan menyanyikan lirik-lirik berbahasa Jawa. Ide tersebut membuat bapak Gyanto bertemu dengan Surya (drum), Adi (biola), Indra (percusi), Hendry (bass), Wisnu (guitar), Savira (vokal), dan Satrio (vokal); mereka adalah personil band SGPC.
Menurut Surya, filosofi segopecel adalah terdiri dari berbagai macam sayuran yang disatukan atau dicampur menggunakan bumbu kacang sehingga menjadi lezat dan nikmat. Begitu pula dengan band SGPC, genre musik yang mereka bawakan dalam lagu sangat bermacam-macam mulai dari pop, rock, dll. ”Masing-masing personil mempunyai kegemaran jenis musik tertentu sehingga dari berbagai jenis musik itu yang menyatukan mereka adalah lirik yang menggunakan bahasa Jawa, sesuai dengan filosofi segepecel”, tambah Surya. Keunikan lain dari SGPC adalah memakai kostum batik modifikasi ketika sedang manggung agar mereka tetap nyaman dan membentuk identitas band.
Menurut Devi, manager SGPC, “banyak anak muda yang berpendapat bahwa budaya itu kolot, oleh karena itu SGPC menampilkan sisi budaya agar masyarakat lebih mencintai budaya sendiri”. Memang cukup sulit untuk menembus dunia musik Indonesia karena bahasa Jawa masih belum bisa di terima dalam label rekaman, sehingga strategi promosi yang dilakukan SGPC adalah dengan menjual mini album mereka di warung SGPC 59. 100 buah mini album sudah habis terjual dalam beberapa minggu saja. Banyak yang menyukai musik SGPC tanpa mengerti maksud atau arti dari lirik tsb, namun ada juga yang mengerti lirik tsb walaupun tidak bisa berbahasa Jawa. SGPC berharap dapat menembus dunia musik Indonesia dan internasional tanpa harus meninggalkan kekhasan atau keunikan band tsb.

Desy Natalianingrum (153070252)

1 komentar: